Selasa, Oktober 07, 2025

Novel "Behind The Rain" Bab 6 : Undangan Tak Terduga

 Bab 6: Undangan Tak Terduga



Hari itu, Hana baru saja selesai membereskan pekerjaannya saat sebuah pesan muncul di grup penghuni apartemen. Pengumuman dari pengelola, tapi isinya tidak seperti biasanya.

"Kami mengundang seluruh penghuni untuk menghadiri acara potluck komunitas di taman apartemen, Sabtu malam ini. Jangan lupa bawa makanan buatan sendiri untuk berbagi dengan tetangga!"

Hana memandangi pesan itu dengan wajah bingung.

“Potluck? Buatan sendiri?” Hana menghela napas panjang. Membayangkan dirinya harus memasak untuk orang banyak membuat kepalanya pening.

Belum selesai ia mengeluh dalam hati, tiba-tiba ponselnya berbunyi lagi. Kali ini, sebuah pesan pribadi dari nomor tak asing.

Raffa: “Mau masak apa buat potluck? Jangan bilang beli di luar.”

Hana mendengus. “Dia selalu punya waktu untuk ikut campur,” gumamnya.

Balasan cepat meluncur dari jarinya.
Hana: “Belum tahu. Kenapa, memangnya?”
Raffa: “Cuma nanya. Kalau kamu butuh bantuan, aku ada.”
Hana: “Thanks, tapi aku nggak butuh bantuan.”

Hana meletakkan ponselnya dengan perasaan aneh. Ia tahu Raffa suka membuatnya kesal, tapi kali ini tawarannya terdengar tulus.

Persiapan Menu Potluck

Sabtu pagi, Hana memutuskan untuk membuat sesuatu yang sederhana tapi elegan: pasta salad. Resepnya ia temukan di internet, dan sepertinya cukup mudah dilakukan. Dengan penuh semangat, ia pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan.

Namun, ketika ia kembali ke apartemen dan mulai memasak, sesuatu yang tak terduga terjadi.

Ia salah membeli bahan utama. Bukannya pasta fusilli seperti yang diminta resep, ia malah membeli makaroni kecil.

“Ya ampun, kenapa aku bisa salah?” Hana panik.

Di tengah frustrasi, ketukan di pintu terdengar. Ia membuka pintu dengan wajah setengah kusut, hanya untuk menemukan Raffa berdiri di sana, membawa kantong belanjaan.

“Aku tebak, kamu lagi panik soal masakan?” tanya Raffa dengan senyum usil.

Hana melotot. “Kamu ini cenayang atau apa?”

“Nggak perlu jadi cenayang buat tahu. Aku tahu kamu perfeksionis, pasti masakanmu harus sempurna,” jawab Raffa sambil melangkah masuk tanpa diundang.

“Kamu ngapain bawa belanjaan?”

Raffa mengeluarkan beberapa bahan dari kantongnya. “Aku rencananya mau bikin sup krim, tapi aku bisa bantu kamu dulu kalau butuh. Apa masalahnya?”

Hana menyerah. Ia menceritakan soal kesalahannya membeli pasta.

“Itu masalah kecil,” kata Raffa sambil mengangkat bahu. “Kita bisa ganti resep sedikit.”

“Ganti gimana?”

“Kita bikin salad makaroni. Tambah mayones, keju, dan potongan daging asap. Aku sering bikin ini waktu kuliah. Orang pasti suka.”

Hana ragu sejenak, tapi akhirnya mengangguk. “Baiklah. Tapi kalau gagal, aku akan menyalahkanmu.”

Raffa hanya tertawa.

Bersama di Dapur

Sementara Hana memotong bahan-bahan, Raffa sibuk mencampur bumbu dengan tangan cekatan. Hana harus mengakui, meskipun gaya Raffa agak sembarangan, ia tampak percaya diri.

“Jadi, kenapa kamu tiba-tiba peduli soal acara potluck ini?” tanya Hana, mencoba mengalihkan perhatiannya dari fakta bahwa mereka bekerja sama dengan cukup baik.

“Kadang seru, kan, kenal sama tetangga lain. Lagipula, kamu nggak tahu, mungkin ada yang bawa makanan enak.”

Hana mendengus. “Kamu selalu ada alasan soal makanan.”

“Ya, karena itu penting,” balas Raffa santai. “Dan jujur aja, aku penasaran gimana reaksi orang kalau kita bilang ini hasil kolaborasi.”

Hana menatapnya tajam. “Siapa bilang ini kolaborasi?”

Raffa hanya terkekeh tanpa menjawab.

Acara Potluck

Malam itu, taman apartemen berubah menjadi tempat pesta kecil. Meja-meja panjang diatur rapi, dihiasi makanan buatan para penghuni. Hana meletakkan salad makaroni di salah satu sudut meja, sementara Raffa menaruh sup krimnya tepat di sebelahnya.

“Lihat,” bisik Raffa sambil menunjuk salah satu penghuni yang mengambil salad makaroni mereka. “Dia makan. Dan dia tersenyum.”

Hana memperhatikan dengan rasa bangga kecil yang tak bisa ia sembunyikan. Tapi ia tetap berusaha terlihat biasa saja. “Tentu saja. Itu karena aku yang potong bahan-bahannya.”

Raffa tertawa kecil. “Terserah kamu aja.”

Malam itu berjalan dengan lancar. Mereka bahkan sempat berbincang dengan beberapa tetangga lain, dan untuk pertama kalinya, Hana merasa lebih santai.

Namun, yang membuatnya terkejut adalah saat acara hampir selesai. Raffa tiba-tiba mendekatinya dengan membawa dua gelas minuman ringan.

“Untuk kita,” katanya sambil menyerahkan satu gelas.

“Kenapa tiba-tiba romantis?” Hana menatapnya curiga.

“Bukan romantis. Ini cuma perayaan kecil karena kita nggak berantem hari ini. Jarang terjadi, kan?”

Hana tersenyum tipis. “Baiklah. Untuk tidak berantem.”

Mereka bersulang kecil, dan untuk sesaat, Hana merasa bahwa ada sesuatu yang mulai berubah dalam dinamika mereka. Raffa memang menyebalkan, tapi ia juga membawa kehangatan yang membuat malam itu lebih berwarna

Featured Post

Novel "Behind The Rain" Bab 6 : Undangan Tak Terduga

  Bab 6: Undangan Tak Terduga Hari itu, Hana baru saja selesai membereskan pekerjaannya saat sebuah pesan muncul di grup penghuni aparteme...